FENOMENA PEMUTIHAN KARANG (CORAL BLEACHING)

Sumber : forestdigest.com

Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah terumbu karang. Biota laut satu ini dikenal karena keindahan warnanya yang memukau dan bentuknya yang unik dan beragam. Umumnya, terumbu karang hidup di perairan dangkal yang hangat dan jernih agar cahaya matahari dapat menembus hingga kedalaman tertentu. Sinar matahari penting bagi terumbu karang untuk melakukan fotosintesis. Terumbu karang juga membutuhkan dasar laut yang keras dan berbatu untuk membentuk kerangka yang kokoh.


MENGENAL TERUMBU KARANG

Menariknya, terumbu karang pernah dijuluki sebagai ” hutan hujan laut “. Sebutan ini diberikan karena kemiripan terumbu karang dengan hutan hujan tropis di daratan yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dengan sumber daya yang terbatas.


Meski populasinya tersebar hampir di seluruh dunia, 76% spesies terumbu karang dunia dapat dijumpai di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle). Kawasan laut ini terletak di bagian barat Samudera Pasifik yang membentang di perairan tropis Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.


Menurut WWF, Segitiga Terumbu Karang menjadi rumah bagi  15 spesies karang endemik regional (spesies yang hanya ada di wilayah tersebut) serta berbagi 41 spesies endemik regional dengan Asia. Tak hanya itu, kawasan ini juga dihuni oleh sekitar 500 spesies karang pembentuk terumbu.



SEBERAPA PENTING TERUMBU KARANG ?

Terumbu karang bukan hanya indah untuk dilihat, tapi juga punya peran penting bagi kehidupan laut dan manusia. Sekitar 25% spesies laut menjadikan terumbu karang sebagai rumah, mulai dari ikan, kepiting, moluska, sampai lobster. Tanpa terumbu karang, banyak biota laut akan kehilangan tempat tinggalnya.


Selain itu, terumbu karang berfungsi sebagai pelindung alami pantai. Struktur karang yang kuat mampu meredam ombak besar sehingga abrasi bisa dicegah dan pesisir menjadi lebih aman, bahkan dari ancaman tsunami. Terumbu karang juga ikut menjaga rantai makanan di laut. Alga zooxanthellae menghasilkan energi lewat fotosintesis, lalu menjadi sumber makanan bagi banyak organisme laut lainnya.


Manfaat lain yang jarang disadari adalah peran terumbu karang dalam menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer dan menghasilkan oksigen (O₂). Hal ini membantu menjaga kualitas udara. Selain itu, keindahan terumbu karang juga memberi dampak positif bagi sektor pariwisata. Banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara datang untuk menikmati pemandangan bawah laut dengan snorkeling dan diving di kawasan terumbu karang. Kehadiran wisata ini tidak hanya menambah kesadaran akan pentingnya menjaga laut, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.


Namun, dalam  beberapa  dekade  terakhir,  kondisi  terumbu  karang mengalami penurunan kesehatan akibat pemanasan global. Pemanasan global ini menyebabkan suhu air laut mengalami kenaikan dan menyebabkan pemutihan terumbu karang. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan.

APA ITU PEMUTIHAN KARANG ?


Pemutihan karang atau coral bleaching terjadi ketika terumbu karang yang biasanya berwarna cerah berubah menjadi pucat hingga putih. Kondisi ini muncul karena karang kehilangan “teman serumahnya” yaitu alga zooxanthellae. Alga ini berperan penting bagi terumbu karang karena menyediakan 60 – 90% nutrisi melalui fotosintesis sekaligus pemberi warna indah pada karang.


Berdasarkan informasi yang bersumber dari marineconservation, hilangnya alga zooxanthellae terjadi ketika suhu permukaan laut mengalami kenaikan sehingga terumbu karang menjadi panas dalam waktu yang lama. Kondisi inilah yang menyebabkan terumbu karang mengalami stres dan akhirnya melepaskan alga zooxanthellae yang hidup di dalam jaringannya. Akibatnya, karang kehilangan warna dan cadangan energi penting untuk bertahan hidup.


Sumber : Blue Corner Marine Research


Fenomena pemutihan karang ini erat kaitannya dengan pemanasan global. Suhu permukaan laut yang terus meningkat membuat karang semakin sering mengalami pemutihan (kehilangan warna). Dalam beberapa kasus, gelombang panas di laut bisa berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun lamanya. Jika kondisi ini bertahan lebih dari delapan minggu, karang akan sulit pulih dan perlahan mulai mati. Bersumber dari ICRI, antara Januari 2023 hingga April 2025, tercatat sebanyak 84% terumbu karang di seluruh dunia mulai terdampak pemutihan karang.


Meskipun penyebab utama pemutihan karang ini berasal dari kenaikan suhu permukaan laut. Tak bisa dipungkiri, pengasaman laut turut memperparah kondisi kesehatan terumbu karang. Lautan kita menyerap sekitar 30% karbon dioksida dari atmosfer. Sayangnya, semakin banyak emisi karbon yang dilepaskan, semakin tinggi pula kadar CO₂ yang larut di laut. Hal ini menurunkan pH air laut dan membuatnya lebih asam. Jika air laut terlalu asam, karang dapat kesulitan membangun kerangka dan struktur dasar yang kokoh. Akhirnya, terumbu karang kehilangan fungsi pentingnya sebagai rumah bagi ribuan spesies laut.


Aktivitas manusia yang tidak terkendali dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ekosistem laut memperparah kondisi tersebut. Oleh karena itu, pemantauan, pencegahan, dan edukasi tentang pemutihan karang sangat  penting  dilakukan,  terutama  kepada  generasi  muda  yang akan menjadi garda terdepan dalam pelestarian lingkungan.


Sumber Referensi :

  • Wahyuningsih, S., Triani, S., Farhan, G., & Yusri, Y. (2025). DAMPAK PEMANASAN GLOBAL DAN PENGASAMAN LAUT TERHADAP PEMUTIHAN DAN KESEHATAN TERUMBU KARANG. Journal Education, Sociology and Law, 1(1), 265-284.
  • Ramadhan, R., & Yuliana, R. (2025). DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA TERHADAP KERUSAKAN TERUMBU KARANG DAN STRATEGI KONSERVASINYA. Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora4(3), 4867-4875.
  • Claudia, V. C. E., Putri, T. N., Zaun, V. W., Radia, R. F., Wora, R. L., & Hidayati, D. A. (2025). Edukasi Terumbu Karang Dalam Mencegah Coral Bleaching Di Perairan Pulau Semau: Coral Reef Education in Preventing Coral Bleaching in The Waters of Semau Island. Jurnal Pengabdian Perikanan dan Kelautan: Piskarias Ministerium3(1), 9-14.
  • Mahardika, Nana Nadiya. (2025). Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia, Apa itu Terumbu Karang? Manfaat, Ancaman, dan Upaya Pelestariannya. Diakses pada 13 September 2025, dari https://yiari.or.id/terumbu-karang/

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *